Secara “warna politik” gerakan mahasiswa, UI terpecah dua, antara Salemba yang berwarna “hijau” dan Depok yang “pelangi”. “Pelangi” mahasiswa UI di Depok terbagi atas “Hijau” di FMIPA, FKM, Politeknik, Psikologi -dan (kadang-kadang) Hukum. Serta “Merah, Kuning, Ungu dll” di FISIP, Sastra, Ekonomi dan Teknik –dan (kadang-kadang) Hukum.
Mahasiswa “hijau” di UI adalah mahasiswa yang terpengaruh gerakan tarbiyah (Baca: ikhwanul muslimin versi Indonesia, sekarang PKS). Saat itu mereka berkuasa di 7 fakultas, FK, FKG (FIK tahun 1998 belum lahir), FMIPA, FKM, Psikologi, Politeknik dan Sastra. Khusus Sastra, ketua senat mahasiswa fakultas sastra saat itu, Dede Suryadi (Sejarah 93) menjadi ketua senat karena didukung massa tarbiyah. Aku pun bergabung dalam tim sukses kampanye Dede. Tapi, ketika menjabat ketua departemen pendidikan di senat sastra, aku terus “mengawal” Dede untuk bergabung ke KA KBUI (Kesatuan Aksi Keluarga Besar UI) yang dipelopori FISIP.
Walhasil Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI resmi bergabung dalam KA KBUI bersama SMFEUI, SMFTUI, SMFISIP UI dan (kadang-kadang) SMFHUI. Jadilah SM FSUI “semangka” (luarnya hijau dalamnya merah).
SMFSUI harus rapat internal di antara pengurus hariannya (8 ketua departemen dan 2 ketua bidang serta sekum dan bendahara) sebelum memutuskan bergabung atau tidak dengan KA KBUI. Aku berdebat hebat dengan Arsalsjah (Rusia 95), ketua departemen Pengabdian Masyarakat. Arsal yang kader tarbiyah jelas menolak Sastra bergabung dengan KA KBUI. Namun, singkatnya aku menang debat dan berhasil meyakinkan pengurus yang lain pentingnya bergabung dengan KA KBUI untuk melindungi massa Sastra yang ikut demo. Hanya satu syarat yang diajukan teman-teman tarbiyah saat itu (diwakili oleh Lisda Warastuti, Sastra Indonesia 94), aku harus masuk Presidium KA KBUI. Mungkin, Lisda menganggap aku masih bisa dipercaya dan “dipegang” menjaga senat Sastra.
(Presidium KA KBUI dibentuk di awal Maret 2007 sebagai pengambil keputusan tertinggi di KA KBUI. Komposisi setiap senat fakultas adalah: 1. ketua senat fakultas, 2. perwakilan BPM dan 3. perwakilan informal mahasiswa. Untuk senat sastra, komposisinya, 1. Dede Suryadi, 2. Agus Mediarta (Perwakilan BPM) dan 3, aku sendiri (perwakilan informal).
Kenapa Lisda yang akhwat tarbiyah tulen percaya padaku? Jawabnya, mungkin, pertama, aku bekas tarbiyah juga. Kedua, ketika aksi Rapat Akbar Senat Mahasiswa UI yang menghadirkan Amien Rais, akulah yang menjadi Koordinator Fakultas Sastra dalam panitia Rapat Akbar SMFSUI.
Walhasil, UI terbelah dua, KA KBUI yang “pelangi” dan SMUI yang “hijau”.
(Kenapa Senat Mahasiswa Fakultas Hukum bersikap plin-plan. Mungkin, karena ketua umumnya, Mustofa Fakhri/ Topek yang anak Buya Ismail Hasan Metaureum –ketum PPP- jadi sangat hati-hati. Senat Hukum di awal pembentukan KA KBUI, masih mau bergabung, namun di bulan April 1998, Topek lebih nyaman “rapat” di Pusgiwa, secretariat SMUI)
2 komentar:
Wah mentang-mentang kecil terus Fasilkom terlupakan sama sekali :)) Mbok disebut barang sedikit, fakultas kecil yang kalau dua kubu berimbang bisa jadi pendulum penentu :D
Dalam pernyataan gerakan menolak Soeharto ini ada lho tanda tangan fasilkom :)
http://reocities.com/CapitolHill/senate/4427/berutind.htm#Pernyataan
Raja slot
slot deposit pulsa tanpa potongan
slot gacor 2024
Posting Komentar