Dalam rangkaian aksi mahasiswa UI di tahun 1998, aku punya banyak teman. Salah satunya sebut saja N. Dia adalah seniorku di jurusan sejarah. Saat itu ia berprofesi sebagai seorang wartawan di sebuah harian. Suatu malam, ketika aku tengah bersantai menunggu rapat Presidium yang belum dimulai di Posko KAKBUI di lapangan parkir FISIP UI, N datang dan menghampiriku serta langsung menegurku. "Fan, nama kamu kok ada di Pangdam"? katanya.
Tanpa menunggu aku menjawab, dia pun langsung bercerita bahwa Kodam Jaya sudah "mengantongi" lima daftar nama mahasiswa UI di lapis pertama yang siap ditangkap bila terjadi aksi mahasiswa yang tidak terkendali serta 16 mahasiswa UI di lapis kedua yang sedang diawasi dengan cermat. Namaku tercantum dalam lapis kedua tersebut, hanya 2 orang dari Fakultas Sastra UI, aku dan yuniorku angkatan 96 dengan inisial W. N pun memberitahu nama lima mahasiswa di lapis pertama tersebut, namun dia tidak hafal 16 nama di lapis kedua secara keseluruhan.
Setelah Soeharto mundur, ketika para aktivis KA KBUI bernostalgia sekitar setahun setelah 1998, salah seorang mahasiswa yang tercantum namanya di lapis pertama tersebut, sebut saja namanya R, mengaku bahwa dia pernah "diculik" dan diinterograsi semalaman terkait aktivitasnya dalam rangkaian aksi 1998 menjelang Mei 1998. Aku dan teman-teman lain protes kenapa dia tidak cerita kalau sudah pernah diinterograsi. "Wah, kalau gue cerita, nanti lu semua pada ketakutan dan kabur, gagal deh reformasi", tandasnya sambil bercanda. Bener juga sih.....