Sejak mahasiswa UI yang diorganisir oleh 4 senat fakultas (FS, FISIP, FT dan FE) melakukan aksi pada pertengahan februari 1998. Kampus UI Depok pun setiap harinya dijaga oleh dua truk tentara/brimob. Tentara disiagakan untuk mencegah aksi mahasiswa keluar dari kampus.
Pada bulan Maret 1998, beberapa hari menjelang SU MPR 1998, Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI mengadakan bakti sosial pembagian sembako di daerah Jelambar Jakarta Barat. Mahasiswa yang menyewa truk tronton tentara pun bergerak dari arah Depok menuju Jelambar. Sampai di pasar minggu, sejumlah tentara yang tengah bersiaga di pasar minggu pun mencegat kami. Tentara yag mencegat kami tersebut melarang kami melewati jalan gatot subroto karena khawatir mahasiswa akan “berbelok” berdemonstrasi di depan Gedung MPR/DPR.
Akhirnya, setelah negosiasi yang alot, kami pun diperkenankan ke Jelambar melalui tol, yaitu memutar masuk pintu tol tanjung barat, UKI dan tol dalam kota keluar di pintu tol grogol. Intinya, kemungkinan mahasiswa “berhenti” di DPR/MPR pun diminimalisir. Aku berinisiatif sebagai penunjuk jalan menaiki mobil kijang dengan dikawal 3 tentara bersenjata lengkap. Di dalam mobil, aku mengajak bicara tentara tersebut dan ternyata mereka adalah pasukan dari divisi bukit barisan yang baru seminggu di Jakarta untuk mengamankan Jakarta dari aksi-aksi mahasiswa yang mulai marak.
Aku pun teringat tragedi Tiannanmen di Cina, dimana rezim komunis Cina mendatangkan tentara dari luar Beijing untuk membantai mahasiswa.